Langsung ke konten utama

Postingan

DARAH JUANG

tidak kami kompromi pada ketidakadilan meski kami digertak dan dismunahkan anak-anak kamilah yang akan melihat  buku-buku sejarah juang menciumi baju lumpur darah kami dan melanjutkan perjuangan ini Yogyakarta, 10/04/22
Postingan terbaru

NYONYA

Nyonya! apa sudah keramas diskusi malam ini? kecantikan di wajah sebatas bulan  tengah malam di mata buta dan lipstikmu hanya api yang payah  menyala di musim penghujan Nyonya!  apa sudah menjenguk tuhan, atau sudah menumpuk cuan dalam  pikiran? pikiran yang diolah lebih merona  dari merah pipimu, Nyonya hati yang berkecambah keimanan  lebih menggoda dari telanjang dada, Nyonya O! Nyanya-Nyonya yang terhormat baju ketat mengantar susu  dan pakaian telanjang digunakan sungguh bukan kecantikan, Nyonya! lelaki yang lahir dari bulan  setengah matang akan memandang  Nyonya sebagai coba bukan bidadari bersayap sejuta bunga apakah Nyonya mengerti bagaimana lelaki murni memandang  Nyonya dari lubuk hati bukan alis imitasi bukan dada dan paha hampir meledakkan suara dan bukan kenyamanan sementara, Nyonya Nyonya! Apakah sudah mencium kaki ibu? engkau ibu di kening waktu engkau ibu untuk anakmu engkau pula ibu dalam hatimu O! Nyonya-Nyo...

APA GUNA ISLAM

apa guna islam dalam hati bila mulut tajam melukai apa guna islam dalam hati bila kemaksiatan diamini apa guna islam dalam hati bila amanah ditukar korupsi apa guna islam sekalian bila diam dalam kemungkaran apa guna islam sekalian bila aurat dipertontonkan apa guna islam sekalian bila syariat dianggap ancaman apa guna islam sekalian bila tuhan pun diganti uang apa guna islam-islaman toh,  islam tetaplah islam yang kadang orangnya  gagal paham, lalu islam disalahkan toleransi mesti dipahamkan  bengkok kesalahpahaman mesti diluruskan islam bukan agama kawe bukan agama hape bukan pula agama katepe apa guna islam lisan bila dusta di belakang apa guna islam lisan bila budak setan apa guna islam lisan bila panjang tangan ap guna islam sekalian bila dirusak sendiri pelan-pelan yang kadang orangnya  gagal paham, lalu islamnya disalahkan yang kadang orangnya  seperti ikan di atas daratan memandang uang sebagai tuhan apa guna islam-islaman? Cakraningrat, 27/0...

KIAMAT SEDETIK LAGI

bila agama sebagai slip gaji sebatas pamer unduh diri hati dikencingi setan maka cuan utama dituhankan era berjalan di tangan manusia manusia berjalan di tanah siapa? waktu menekuk leher zaman lalu siapa pemimpin masa depan, jika pemuda kini tiada tahu siapa  dirinya sendiri? bila dengki menjadi budaya bila korupsi sudah membumi dan kemaksiatan telah dimaklumi bagaimana nasib cucu kita nanti? di tanah yang berapi  dan langit berembun sunyi daun-daun yang gugur  dan musim silih berganti bagaimana iman dalam diri  jadi tuan dalam hati  bila kepada tuhan saja  kita pandai melobi? bila kepada nabi Muhammad saja  kita lupa hubungi? ekonomi yang macet  sebab seretnya sedekah sakit macam warna  sebab lupa puasa kegalauan lahir dari hati  dan pikiran jauh dari tuhan apa yang bisa kita banggakan  dari sepotong daging santapan  cacing-cacing? apa yang akan kita diplomasikan  dengan tumpukan dosa  di kubur nanti? bil...

MENGINAP

: Syalwa Susilawati adalah jalan setapak di wajahmu jembatan bambu dipeluk bayang  pohon jambu sungai air jernih di matamu siang ini mentari terik  dedaunan tidur berayun selimut angin rasa anggur aku datang ke rumahmu  lewati dusun: jalan setapak  di wajahmu aku betah menginap dalam matamu Yogyakarta, 27/06/20

DIALOG MALAM

: Sas Smith rembulan kutatap diam tiba rinduku padamu awan yang beku senyummu anak-anak panah menuju padaku malam tempat dialog  berburu rindu dan sejuta bintang tidur di matamu menyumbu sungai mengalir syahdu diam rembulan kutatap rinduku padamu menetap antara sajak yang tiarap dan anak panah rindu melesat antara laut dan darat  rinduku terungkap Yogyakarta, 22/06/22

KHUSYUK

: Fauzi MM dia pandang rembulan yang mekar  embun gugur dari daun  malam jatuh ke pelukan  dan dia panah sepasang bintang tergenggamlah kegelapan dia mejam mata kemudian  mengarungi lautan pikiran mencium aroma kegelapan dia membuat rumah impian menuju tuhan dia pasrahkan hidup jubah kegelapan yang telengkup dia cuci dengan bulir cahaya dia menuntaskan segala angin yang merdu bernyanyi  mekar rembulan kian meninggi tapi dia tenggelam dalam-dalam berdiskusi dengan tuhan dia rekatkan pelukan  bau harum tercium kemudian dia terbang dalam pikiran tuhan jatuh ke pelukan  hatinya damai tercium impian SangKopas, 22/06/22

BAYANG-BAYANG

: Kuni Sangadati angin berkabar duka jatuh hujan dari mata terkenang masa silam jatuh kepada bayang bintang-bintang kejar-kejaran mulai tumbang dihajar kesepian mengenang lagi bayangmu hatiku tertusuk belati segenap penjuru kesepian adalah ketakutan dan tidur di rumah duka adalah keterpaksaan. Tapi bagaimana aku keluar jika nasib tak berpihak sejurus wajah kemudian aku adalah debu dibawa angin dan kamu daun kuncup kering cinta kita senasib sepesakitan dihadang gelombang pemberontakan rinduku berduka mengenangmu  cintaku berlumpur darah mengejarmu sia-sia rumah bertumpu dari kabut sia-sia hatiku manggut-manggut malam kian pudar dijemput fajar tapi rindu kian mengejar dingin mulai terasa  masuk ke tulang-tulang kamu aku rindukan, bayang! Yogyakarta, 20/06/2022

SAHARA

: Hana Chalifa dari mana datangnya Hana dari jauh turun ke bumi tibalah gelombang rasa  jenuh mengkebiri diri kupeluk kerudung pagi dari sutra  mentari menyelinap dalam dada Hana, mengelap keringat dinding kaca pecah hatinya enyah pula senyum manisnya Hana berduka tidak lagi  seperti Erna, Maria, Sukma, Mita  dan perempuan-perempuan  bunga manis di telinga hari sudah dewasa  angin meniup ubun-ubunnya Hana memanggil gelombang  di laut pasang sedih jauh dibuang dari belakang aku memeluknya  mengenang air mata selaut Sahara setiba senja tangis tiada Agustus, 2021

NEGERI BASABASI

di negeriku  politik ajang solek diri gelar dan ijazah sebagai patri  pengetahuan ladang proyeksi mahasiswa diajar di kandang  makan rumput pengetahuan gemuk di pekantoran sendawa di depan rakyat kelaparan di negeriku  yang demokrasi patung majikan dihambakan suara-suara kebebasan dibungkam demokrasi hanya takhayul dipasang dalam  gedung-gedung pendidikan, kantor-kantor dan pemerintahan matahari pengap di kepala petani sesak di dada buruh. Isi perut ular yang ganas bangsa yang malas! orang-orangnya susah diajak keras makan tai kucing lebih nikmat dari gaji aparat  kerja tidak kerja makan enak di negeriku  rupiah tuhan bentuk benda daya dipaksa pamer sama dengan lainnya hutang yang mengulit, kredit yang sembelit  hidup sempit. Bangsamu sulit! anak kecil mencakar perutnya ibunya tidak bersuara di atas ranjang dua bulan meregang nyawa lapar seperti sepi menghardik keadaan anak kecil itu masuk ke dalam selangkangan  ibunya bertapa ini...

BUNGA-BUNGA PERGAULAN BEBAS

**** Menuju ke pesta malam Minggu, Maria berdandan selayak ratu Cinderela. Maria mahasiswa kedokteran di salah satu kampus bergengsi di Yogyakarta. Berpakaian menarik, bergincu merah cahaya sangat dia suka. Apartemennya  tidak sampai seratus meter dari Malioboro dan tempat wisata lainnya. Maria diundang ke pesta ulang tahun Ferry dengan spesial, sebab Maria adalah kekasih Ferry sejak sebulan lalu.  Maria lenggak-lenggok menatap dirinya yang jelita di cermin kamarnya. Malam itu jam 18.15, dan Maria harus sampai ke pesta secepatnya. Tas bermerk Maria bawa dan bau parfum mahal menyuruak seluruh kamarnya. Maria bergegas ambil kunci mobil sejurus kemudian menutup apartemennya. Sampai di lokasi pesta, Maria mencari Ferry secepatnya. Maria bertemu dengan Chila, teman 'nongki', bertanya Ferry di mana. Chila mengangkat bahunya. Musik blues dan warna-warni lampu pesta menjamur di dinding hotel, bunga-bunga sebagai atribut perayaan tumbuh di mana-mana. Ferry tidak ada. Maria ...

MENIKMATI TUHAN BERDISKUSI

Menikmati rambut matahari dibelai angin jatuh daun  debu mengepung ubun  Padi mencium bumi menikmati tuhan berdiskusi  tubuh alam mekar dan wangi. 2022

MAUT DAN SI BURUK RUPA

Maut berwajah jelita  enggan manusia menyapa Dosa adalah si buruk rupa  saban hari manusia mencium  pantatnya. 2022

MENJEMPUT CINTA ZARA KE YOGYAKARTA

** Kamar yang berantak dari jemu bikin Zara bingung mau ngapain. Teman-temannya di luar sekadar kencan dan menghabiskan segelas kopi malam. Zara yang lahir dan tumbuh di kalangan  Pondok Pesantren sangat dekat sekali kepada kebiasan menghapal Al-quran. Sekarang dia sedang menempuh pendidikan Strata-1nya di Yogyakarta. Jelas keabisaan lama mulai dia sandingkan dengan kebiasan baru di kota Istimewa ini. Malam itu jam 9 malam, Rabu malam. Zara berpikir untuk mengulang kembali hapalannya, daripada gabut kan? Katanya.  Di lain tempat Subajal, lelaki yang lumayan ganteng, tapi sok-sokan sekali kalau ngomong. Subajal dipanggil "Aal" ini sangat suka begadang dan berpikir panjang. Suatu hari Subajal ketemu dengan Zara di suatu lokasi perjamuan, yang akhirnya lelaki yang suka kopi hitam kental ini jatuh hati kepada Zara. Astaga! Kisah percintaan yang rumit saya tuliskan, sebab pergelokan antara keduanya sangat signifikan. Lanjut saya tulis, Zara sebagai bentuk dhohir dari b...

JATUH DAUN

:Farahdiza jatuh daun gugur tertimbun mata mengembun puisi lirih terkatung-katung  jatuh daun kaki hujan  tersandung hatiku berlumpur sisa-sisa kenang aku jahit aku sulam dzikir  aku panjat seribu luka  dengan doa kupasrah segala engkau Juwita memantul cahaya engkau Jelita merogoh sukma padamu cintaku jatuh dan tumbuh padamu doa kuternakkan sungguh gugur daun jatuh aku padamu jatuh kepada luluh juga temu berkalam rindu padamu doa dan dzikirku tumbuh engkau manisku menyanyi merdu setiap jalan lalulalang mengingatmu doa-doa kupanjatkan selalu. Padamu. Cakraningrat, 2022

REMBULAN PACARKU

Rembulan jatuh di reranting  Aku lihat tuhan tak bergeming Setan dan lelembut berpesta Bayi nangis di puting susu ibunya Rembulan jatuh di rerating Pejabat dan maling sekongkol Uang rakyat digondol Di balik tembok dosa-dosa  Kecupan mendarat di dada pelacur Takluk di bawah tukang sayur. Rembulan jatuh di reranting Masuk angin buang kencing Tuhan tetap tidak bergeming Pacarku datang dibawa kucing Rembulan jatuh di reranting Aku berguling di padang puting Pacarku terengah pusing-pusing Pecah telur jadi bunting. 2022

LELAKI YANG MATI ATAS NAMA CINTA

:Zara Memetik bintang di bola matamu  masuk ke tubuh malam yang tua rembulan gugur dari wajahmu angin berkabar pagi tiba Dalam sajak yang patuh  rembulan kucumbu embun menetes dari subuh sajakku merah di bibirmu Manisku! saban malam adalah perjumpaan kita bau dupa doa melambung ke angkasa  lihat betapa aku sungguh mencinta aku peluk kamu sampai maut tiba Cantikku! di ujung pagi yang basah  cinta mekar bunga-bunga rindu kita ternakkan  dan perjumpaan bukan  sekadar perjamuan namun, pergulatan jiwa  mesti kita luruskan Bola matamu teduh,  bibirmu merona  aku lelaki berani  menantang maut  pada rembulan berkilat cahaya lelaki yang tak mau sia-sia  menanggung nasibnya dan lelaki yang mati  atas nama cinta Cakraningrat, 2022

REMBULAN JATUH

Rembulan jatuh di atas kasur  Bunga-bunga bermekaran Tubuhmu muncul dari mataku Aku peluk masa silam dalam dekapan :kamu Malam melayang dalam pikiran Rembulan masak dalam perasaan Bau tubuhmu aku ciumi, aku gauli  Kamu mekar dalam khayal Rembulan berguling di atas kasur Bunga harum tercium  Rambutmu terlempar ke mataku Aku peluk kamu di bawah cahaya  Tidur dalam dekapan kita.  Cakraningrat, 2022

RAMBUTMU TERGERAI

: Zara rambutmu tergerai saat senjakala  memoles bibirnya dijemput malam purnama bibirmu kucumbui ketika datang angin  melambai di atas daun kemuning wajahmu jelita kupandang, merah menawan  pipimu terkenang  cantikku! sore mulai angkuh aku menyerbu hatimu lewat rindu  manisku! angin malam mulai datang  menjajahku di persimpangan gelisah cintaku! padamu rinduku tertuju  saat sore mulai gugur di hadapanku nanti malam bintang-bintang pasti datang awan dan bulan bersanding di atas kasurmu, pujaan begitu pula kita gauli cinta sepanjang malam cantikku! malam adalah baju pesta percintaan manisku! kemari kita habiskan malam minum anggur pertemuan, rindu kita ternakkan Cakraningrat, 2022

RUMAH GELISAH

Dari rumah gelisah aku berkemas Dinding berbau ketakutan  Kasur dan bantal peta masa silam Seakan menarik kaki menuju perjalanan Rumah gelisah adalah rumah bosan Rumah mata nurani yang tergadai Dunia yang cantik sebagai coba  Tapi manusia telah menghamba Dunia menjadi ratu  Kupu-kupu menjadi mustahil keindahan Bagi insan buta keimanan Dunia menjadi raja Bagi insan korup dan menghamba sia-sia Rumah gelisah lahir dari pemberontakan jiwa  Kecil dan dewasa oleh keadaan yang memaksa  Aku lari dan menarik bayanganku sendiri Bunga-bunga menjadi munafik bagi kehidupan  Cinta menjadi gombal, dan uang telah menyuntik  mimpi buruk kepada insan Rumah gelisah aku bakar. Aku bakar! Api yang berkobar aku telan. Aku telan! Abu-abu yang berserak aku makan. Aku makan! Aku pergi ke lautan telanjang di bawah tuhan. Cakraningrat, 2022

API RINDU

:Juni I.n Keluar cahaya bulan dari matamu Di atas kasur bunga bertaburan Menyungging senyuman  Bulan jatuh dalam pelukan  Malam teduh dalam dekapan Dalam matamu aku berjalan  Ada rumah, ada halaman, dan taman Aku minum susu, makan selembar kecupan  Malam bermain di atas ranjang waktu Padamu aku lelapkan mimpiku Keluar aura dari wajahmu Api percintaan membakar  Cinta terbakar  Di ranjang malam aku main gitar Cahaya bulan masuk ke badanku Pagi sejenak jangan keluar dulu Dadaku terbakar api rindu.  Cakraningrat, 2022

ESA

Satu malam engkau datang  bagai gaib dalam keimanan Engkau ketuk hatiku yang hampa Engkau teman dalam ketakutan Engkau pula rembulan dalam kegelapan Satu malam yang bertikar sunyi Engkau datang dalam larik-larik puisi Engkau datang bersama harapan Yang lama aku tinggalkan Malam yang tua lusuh telah aku terima Angin berkaki lelah lelap tidur di jendela Engkau datang bersayap cahaya Tuhan yang maha Esa, sungguh lemah hatiku yang dipeluk dunia. Engkau datang kepada mata hati Engkau datang lewat jalan sunyi Engkaulah, Allah Ilahi Rabbi. Cakraningrat, 2022

SAJAK TITIPAN KEPADA KAWAN

Apa yang mau ditakutkan. Takut sudah menjadi babu Padaku ia minta cumbu  Apa yang mau disesalkan. Sesal sudah tak layak  Insan lebih merdeka di perbatasan otak Ketakuan datang dari jauh membawa celurit dan mesiu Tapi ia babu, padaku minta cumbu Dan sesal adalah bayang. Insan bergudang-gudang jalan Apa yang mau dikhawatirkan, kawan? Tempat mengabdi sebagai hamba adalah kehidupan. Membakar diri dalam api percintaan, dan mati dalam keberanian adalah kewajiban.  Hidup mana mungkin kita sesali, bila hidup telah menjadi diri sendiri Macet dan kelemahan bukan sia-sia di atas meja pertaruhan, bila medan perang masih terbuka lapang Bumi dan langit semacam tekateki ilahi. Tiada guna pikir  Tanpa berjalan dalam gelap. Insan tempat lara dan bahagia Dan di lautan terhambar pengetahuan sedang di daratan tuhan berpesta seharian Apa yang mau ditakutkan kawan?!  Bukankah tuhan saban hari berjaga? Bukankah dunia ini gagap gempita? Bukankah segala titipan semata? Apa y...

MELAYANG DI CAKRAWALA

Di bawah rindang kelapa Hatiku berbicara  Pikirku melayang di cakrawala Melihat padi tua ditinggal pemiliknya Orang-orang pasar gisruh harga  Hatiku berbicara  Pikirku melayang di cakrawala Memandang Indonesia  Melihat jutaan jiwa Melayang di cakrawala tumbuh  Di hatiku yang terluka Tanah dijarah korban kuasa Hatiku berbicara Pikirku melayang di cakrawala Dari gang gelap bau asap  Kemiskinan menyeruak  Kelaparan dan penindasan  Awal pemberontakan  Awan di atas pohon kelapa  Melambaikan tanya Padaku di bawah rindang kelapa Datang suara teriakan janda  Hujan air mata memandang  Suaminya korban tumbal penguasa Hatiku berbicara  Pikirku melayang di cakrawala Memandang Indonesia  Gambaran hatiku kini Diamuk sepi dan jutaan jiwa tersakiti Di bawah rindang kelapa  Pikirku melayang di cakrawala Melihat Indonesia  Kekuasaan telah menjadi raja Pemuda-pemuda mengobral kesiaan Angin dari lautan membawa tanya...

KEPADA MAUT

:Seema i.n Angin tidur di pangkuan daun Ketika hujan jatuh ke tanah ibu Jatuhlah rinduku padamu. Bau tubuhmu mekar  Di atas bongkahan batu Deras air mata jatuh dari mataku Dik, betapa aku rindu di sela-sela hari  Kamu bacakan puisi padaku Rindu ini racun yang engkau obatnya Rindu ini candu yang engkau selalu Rindu ini padamu. Dik, di atas pusaramu  Aku menantang maut dalam badai  Diguyur hujan sebadan Dik, rasakan betapa aku peluk kamu  Bersama erat dalam dingin sampai tiada Dik, lihat betapa lumpurnya aku  menantang maut jatuh padamu. Angin masih nyenyak di atas batu Menghadap kiblat aku menyerbu Anak panah doa-doa menujumu Dik, aku rindu! Dik, dalam badai dan hujan Aku memeluk kamu Dalam rindu dan kematian Akulah ketiadaan. Dik, dalam ketakutan  Kamu temanku Dalam rindu aku mati kutu.  Cakraningrat, 2022

ANTRI GILIRAN

Tubuh kemarau kulit-kulit manusia  seperti  biji kurma kering. Pagi buta mencari nafkah Akhirat tolong dijaga. Sepanjang kaki menginjak, tangan menggenggam Belum rejekinya, maka tunggu saja Akhirat tolong dijaga. Sejauh mana manusia mencari harta, keringat bau sampah Sia-sia jika shalat tidak dijaga. Boleh saja dunia dicari, harta benda diharapkan diri. Akhirat tetap dijaga perbaiki hati. Musim kemarau sampai datang hujan lagi Manusia menunggu mati. Bagaimana akhlak, budi pekerti mengajarkan  tidak iri dan dengki. Pertanyaan di liang lahat sulit bagi manusia Lupa shalat, lupa silaturrahim Jaga shalat dari mulai sampai baligh. Dari mata-mata kehidupan di bumi Tiada kemuliaan selain keyakinan pada pencipta Iman dan ketakwaan bukan harta pun juga kursi kekuasaan. Hidup di bumi menunggu mati. Giliran ditanya di alam mahsyar nanti, Akhirat dijaga perbaiki diri. Taati aturan agama jangan dibuat main. N orma adalah aturan bukan pelampiasan atau juga panjat sosial....

SUDAH LAMA

Tentang bagaimana kemanusiaan diadu-adankan pada kaki kaki rumput yang mencengkram bumi, dan laut yang menyenandungkan sepi. Aku berdiri menekan keadaan  Di manakah kemanusiaan? Di manakah keadilan?. Manusia tidaklah binatang di hutan belantara tanpa jalan dikakinya, tanpa tujuan ke mana-mana Di manakah kita bawa sendiri-diri kesah yang menyendiri dan ruang yang mengaduk-aduk api?. Cintailah apa yang bisa dicintai, kelak ia yang akan menemukanmu dalam gelombang tak bertepi. Bicaralah pada angin yang tuli, tanyakan pada pohon pagi di makan matahari. Bersiaplah ketika sore dipanggil malam tenggelam bersama aroma kopi. Kemanusiaan harus diperjuangkan!, tidak diperjualbelikan.  Titik!. Serasa pagi menyantap roti dan kita-manusia sudah lama mati.  Yogyakarta, November 2020

REMBULAN UJUNG ASPAL

Serigala mengaum Dedaunan berselimut Rembulan gelisah terbujur  di ujung aspal. Malam sudah memanjang dingin Rembulan ujung aspal  dimakan burung gagak Debu disapu angin. Serigala semakin galak mengumpat Rembulan tergeletak dipungut anak-anak Diletakan ke dalam kolam bersama ikan-ikan.           Yogyakarta, 1 Maret 2021

SAJAK KEPADA ORANG-ORANG

Orang-orang membawa sebungkus harapan masuk kedalam hati nurani pejabat negeri Orang-orang itu dikepung serdadu, kepala mereka diinjak sepatu besi dan mengeram dalam nyeri Hati nurani penuh ranjau, hati nurani usang tanpa baju, dan hampir telanjang Angin menyeret bau kebusukan koruptor ke dalam pengadilan. Hukum yang tidak bergender, hukum yang hanya hukum teori tebang pilih Orang-orang membawa sebungkus harapan dan baleho baleho kemanusiaan Pejabat kesurupan. Menangkap angin bergelantungan di dalam teori-teori mabuk bersama konstitusi Orang-orang itu keluar menjala matahari keluar dari ujung janji. Disekapnya angin yang berontak dalam harapan silam Mencari jalan pulang dari amukan harapan-harapan Pulang membunuh diri sendiri lalu kebiri hati. Blandongan, 2021

TANAMAN LUKA

Cinta engkau tambatkan tapi luka engkau tanam Cinta engkau siram tapi gulma engkau budidayakan Cinta engkau idamkan tapi mimpi  buruk engkau setiakan. Daun-daun gugur seperti hati yang gugur Hujan jatuh ke dalam suasana, jatuh pula air mata  Pundak adalah bumi yang tua Suara ombak menyerang dalam dada Duduk seorang insan di pangkuan rembulan bertanya kenapa? Gedung-gedung ditekan emosi dalam Sepanjang jalan terendus dendam Angin bercampur debu melayang di cakrawala Seorang insan di pangkuan rembulan menjahit luka apa? Insan bertanya: Apakah luka harus ada setelah manis terasa, apakah cinta benar adanya? Kidung sepanjang sakit sungguh terasa Seorang insan tiup perih dalam dadanya ditindih luka  Di pangkuan rembulan seorang insan menaruh air mata tiada Cakraningrat, 2022

SEGEROMBOL API MEMBAKAR HATI

Hatimu duduk termangu dimakan sepi  Di atas bangku tua  Malam sebagai kaca suara angin tipu daya  Mendatangkan kekasih di kota jauh, mata berjalan menempuh hatimu lesu termangu kangen merindu.  Senja berganti baju malam Berhias bintang-bintang dipolesi awan. Di pipinya pagi segera datang tidak dengan seorang berbicara pada ketiadaan pada bangku tua menunggu kekasih pujaan. Hatimu duduk termangu dimakan sepi diamuk api. Kobaran janji pada palung kesetian yang dihibur pagi, membangunkan bunga cendana dan menenangkan gusar dalam hati. Tidak mau berbicara bibirnya batu-batu yang kasar dan tajam, matanya merah padam, giginya meruncing bagai pedang siap membunuh, tetapi hatinya layu, lesu termangu di atas bangku tua hampir tutup usia. Dia merobek masa lalu. Dicacah air darah dengan tujuh bunga rupa, dia baca mantra; tangan memetik bintang bintang dicampur garam di lautan, mantra dibaca mantra: Kekasih yang pulang cepat pulang, jangan pulang tetap pulang, aku ka...

CINTA KERING DIMAKAN MUSIM

Semenjak bumi dilahirkan luka dan cinta sudah ada mekar bersama-sama. Tumbuh bersama semenjak bumi lahir udara, angin dan cakrawala menyatu, bersatu dalam jiwa. Semenjak itu pula kisah cinta dimulai tumbuh seperti bayi yang menyusu, menangis. Dengan menangis ia berbicara, meraba langit harapan meminta apa saja termasuk cinta, yang ia bawa dari rahim ibunya.  Lalu ia beranjak menjadi remaja. Cinta menjadi gadis cantik yang menawan dan manis. Tapi luka, luka lebih menarik, luka juga menjadi gadis yang cantik rupawan dan penuh intrik. Aku mengenal cinta darimu kekasih  yang engkau tanam ke dalam hatimu yang gersang. Engkau siram dengan kasih sayang saban waktu lalu cinta tumbuh di pekarangan rumah hatiku, tumbuh subur dalam ingatanku.  Ketika malam tiba di stasiun rembulan berlayar, di atas bangku kita duduk menimang cinta dan memberinya kecupan yang manis seperti kismis. Aku mengenal cinta darimu kekasih Engkau bawa harapan jika hidup tidaklah untuk mengeluh dan...

HARI PERINGATAN PEREMPUAN

Hidup kutang!  Hidup perempuan! 2016, di Yogyakarta. 

CELANA BOLONG

"Jangan kamu gesek-gesek anumu, aku lihat dengan mata  kepalaku kamu jalan dengan wanita itu",  belalak istriku. "Di bajumu ketika akan kucuci di kamar mandi, aku temukan  bekas bibir, lipstik lima puluh ribuan. Aku marah!, aku kesal! bisa-bisanya kamu bagi cinta. Jangan. Jangan kau sentuh  aku", lanjutnya. "Apa kamu tidak malu? Tidak takut aku potong anumu?  Aku usir kamu dari rumah tanpa baju? Sok berani selingkuh  padahal sudah tidak sekeras dulu",  tambah belalak dia. "Sayang istriku jangan begitu. Jangan salah paham dulu". " Sudah. Sudah aku tidak mau tahu. Keluar! Keluar!" "Keluar?" "Keluar cepat!" "Celanaku bolong dari rumah, Sayang. Tetiba di jalan  aku dibisikkan wanita cantik, Maria, namanya. Dia membawaku ke toko celana. Bukankah ini semua  ide kamu kan, bolongin tengah malam bukan?",  jelasku. Seperti ajian, Istriku seketika hilang. Aku cari-cari di kamar, dapur, h...

SAMINTEN

Tanggalkan kutangmu, Saminten  Hujan yang berkaki tajam yang  keluar dari kutangmu yang  mendatangkan pasrah Adalah godaan sempurna. Kamu berkata pelan seperti  gerimis datang disiarkan angin. Aku merasa dingin dan kamu  memelukku erat dan lembut. Kutangmu coklat panas  menghalau dingin meranggas. Kamu elus-elus rambut jagungku  yang layu, dan kutangmu adalah  coklat panas berputar-putar seperti  kipas. Buka lagi dadamu yang purnama  Buka lagi. Sedikit, sedikit lagi  Agar malam yang ditindih hujan  tidur nyenyak, lalu bintang di  dadamu menjadi pualam. Pelut. Eratkan pelukan. Jilat duka  yang datang dan dekap kehangatan agar tidur panjang, Saminten. Yogyakarta, 2021

KITAB MALAM MINGGU

Malam minggu dikecup bunga  Pada ubun-ubunnya hewan dan manusia Hal-hal kemanusian pada malam minggu dibicarakan Jendela kamar gadis diketuk kesah, angin menyelam tubuhnya pasrah.  O, kekasih sudahkah selesai tugasmu  memberi makan orang-orang di pinggir jalan?, para janda kampung diberikan mesin ketik  menulis puisi atau sekedar meluapkan rasa kritik  kepada pemangku negeri ini?, mengabarkan pendidikan yang layak  bukan sebagai traktor asing,  atau malah belum sama sekali? O, kekasih sudah malam minggu lagi Apa kabar negeri ini? Sudahkah masih yang lalu-lalu,  Dipenuhi hasud, iri, dan dengki? Malam minggu malam yang asyik  untuk memaki-maki diri sendiri, Kekasih.  2020

WANITA, AKU BERMIMPI

Suara angin sore bunyi bambu senggama  teman wanita di tepi waktu dalam mimpiku Gerai jendela terbuka rambutnya  Jalan-jalan yang kutemui di alam mimpi masuk ke dalam kopi  Wajah wanita itu hadir lagi Masih basah delima mengeluarkan  aroma manja jatuh di dinding  Wanita itu menari lalu menyanyikan  lagu cinta, aku melihat seperti nyata Bunga di luar jendela kamar mekar  mata purnama Aku menulis puisi masuk ke halaman mimpi Aku merasa dadanya lembut seperti roti Wanita tepi waktu menari dalam saku  menerobos ruang dan waktu. 2020

ASU DAN TUHAN

Pada kepala Tuhan Asu menjilati takdir dirinya sendiri Tuhan menyungging senyum sambil berkata: Asu! Geli, tak usah kau turun lagi ke bumi sepertinya manusia suka menjadi kamu sampai lupa jika mereka bukan Asu Asu terkejut. Cemberut.  22/03/2021

TAMAN SORE

:Dhea Alfabert Sore menguning jatuh gemulai rambutmu Manis bibirmu melekat di cakrawala Menikmati sore di dalam bajumu Awan dan rumput-rumput tumbuh Taman cinta tempat berlabuh. 12/04/2021

PENGUMUMAN

Pengumuman-pengumuman! Wahai kaum pergerakan! Kini suara perlawanan digagahi kekuasan Apakah lupa bagaimana seruan pergerakan  terus diaungkan? Apakah bisa seruan perlawanan dikalahkan? Pengumuman-pengumuman! Wahai kaum pejuang rakyat! Lihat bagaimana kekejaman menyerupai  bunyi tikus got diinjak Perlawanan akan terus hidup selama penguasa  bertekuk lutut di bawah kepentingan yang tidak bertanggung jawab cukong-cukong melompong bunyi-bunyian, atribut kebebasan akan terus menjadi  mimpi buruk Di mana kamu suara? berjalanlah di pekat malam masuki gedung-gedung pemerintah yang korup bencong-bencong kekuasan, ganyang ketidakadilan  dan berilah makan orang di bawah jembatan Di mana kamu kata-kata? Jerat penguasa yang timpang serukan perlawanan di jalan-jalan, di pasar,  gedung-gedung pendidikan, kebun petani yang gagal  dan juga di tempat-tempat manusia tertindas kelaparan Lawan jangan mundur! Jangan mau diatur-atur! Wiji Thukul akan terpukul me...

CINTAKU KEPADAMU

: Aisyah Puspita Hujan air mata tiadalah tanda cinta bagi hati yang berduka. Cintaku kepadamu adalah langit sebagai payung dan selimutku adalah bumi Cintaku kepadamu adalah seorang pengembala domba di musim salju Cintaku kepadamu adalah bayi yang lahir dari rahim ibu Cintaku kepadamu negeri di dalam tubuh Cintaku kepadamu adalah syair cinta di taman Kausar Ilalang terbang di atas pusara cinta, cinta naik raja di ubun pujangga.  Aku memetik sekuntum bunga antara gunung-gunung dan samudra.  Cintaku kepadamu adalah mumtaz Cintaku kepadamu adalah kamilah Cintaku kepadamu hidup di antara manusia Hujan petir bergumuruh, ia asing di telinga. Panasnya rindu, ia meledak dalam kalbu. 2020.

KEPADA PEMUDA!

Pemuda!  Lihat bagaimana nasib nyawa bergelimpangan di trotoar  kehidupan. Lihat bagaimana permainan dadu kekuasan  di tengah himpitnya ekonomi dan boroknya hutang. Pemuda!  Lihat mimpi diinjak atas dasar jalur cepat. Lihat harapan  dibakar atas dasar patahnya kaki pencarian. Lihat pula  akhlak tidak dipakai sebab lingkungan tidak lagi  mengenalnya.  Pemuda!  Lihat negerimu yang aut autan, tak berambut, memesan,  jelek, dan kudisan. Lihat negerimu yang kering, kudisan,  jelek, dan kutilang. Lihat para tuan-tuanmu telah menjual  negerimu sampai darah penghabisan.  Pemuda!  Lihat keadilan sudah muram dan usang. Lihat kemanusian  sebatas berlaku pada teman, tidak pada nyata kehidupan. Lihat kursi kekuasaan hanya jembatan uang berbantal, takut pada kesalahan, dan mengeram dalam kedzoliman. Pemuda!  Lihat betapa rakyat bersitegang dengan keadaan sekadar  menutup lapar dan menyiram kerongkongan kala p...

TUAN TANAH

Negerimu yang patah tulang punggungnya Hukum dan keadilan pincang kakinya Negerimu seperti lebah tak ada bunga Kemanusiaan tak berguna diledek  pamer kekayaan dan jabatan Jalur ekonomi macet dan korup  Negerimu tuan tanah yang dijarah haknya Bangsamu lendir yang pandir Hasil bumi tempat asing buang lendir Rakyat jadi sapi perah tak melawan pasrah Negerimu yang dilanda angin puting kemunafikan Negerikmu yang dilemahkan karena tingkah  bangsanya yang latah Negerimu yang sudah tinggal nama tiada artinya  bagi rakyat yang dirampas integritasnya, dirampok  hak bersuara, dijarah kebebasannya di negeri yang  demokrasi, katanya Negerimu wahai bumi yang padam Bumi yang terbakar, aut autan segala  kerusakan, kerusuhan merajalela  Pecah di perut negerimu yang dulunya  makmur dan sejahtera Kini negerimu berdarah dan berlumpur Sesak dadanya terhimpit kekuasan  bermodal congkak dan plinplan  Alamnya kaya raya asing yang punya Negerimu tua...

SITUS

Jatuh ke lumpur masa lalu Kenang di kening keluh candu Pada bibirmu surat-surat cinta rayu datang sebagai tamu lewat kalbu. O! Apa-apaan waktu, dengan tiba  kenang yang menguning daun dan  selembar hati yang kering engkau  usik tanpa pamit dan serius padaku. O! Apa-apaan cintaku, yang keras di  bawah batu, ia adalah jejak masa silam  yang telah tertikam, yang kini engkau  bangunkan. O! Apa-apaan hidup, yang kini kembali  hidup setelah mati berulang kali, dan  lalu hidup lagi seperti harimau kelaparan mengancam hatiku  yang kemarau. Wajahku menjelma lumpur masa lalu  yang tua dan menakutkan, yang tiba  dari arah mataku ketakutan dan tujuh  ratus lima puluh pasukan bermata  merah kilat pedang. Di lumpur itu sayatan luka lama, sengit   amarah berkobar ke ujung langit  Pada lumpur itu orang-orang mencuci  lumut dosa-dosa dan mengiris satu  persatu jari-jemari mereka Di lumpur itu, aku dan bekas...

SUMUR TUA

rakyat yang menimba sendiri nasibnya, mereka pula kekeringan air matanya. di sumur tua tertimbun segala derita  kisah nasib seorang Aktivis kemanusiaan  yang dihantam bebatuan keniscayaan. tidak ada sumur!  tidak ada kisah! apalagi doa-doa inikah bumi yang dipandang merdeka?  ini kah negeri yang tinggal tulang?  sudah dikata; tidak ada sumur!  tidak ada kisah! apalagi doa-doa di negeri sumur yang berbau orang-orang menghalalkan korupsi,  orang-orang membunuh ibunya sendiri. lihat betapa keruh air sumur tuakami air dari cemar kemarukan, bau anyir darah  kematian. setiap hari menjadi tontonan setiap hari sumur kami ditambah sampah darah, dan iba. rakyat menimba sendiri nasibnya, mereka pula kekeringan air matanya seorang berdasi kupu-kupu  menerobos ruang dan waktu.  Dia berkata; tidak ada sumur! tidak ada kisah apalagi doa-doa dari balik gelap kisah jidatku  mengerutkan tanya  siapa dia?  siapa yang menghadang k...

AKU MENCARIMU

aku mencarimu di balik rerumputan bintang-bintang membongkar reruntuhan langit membajak gunung mencari terus mencari sampai aku menguras lautan kucabuti hutan kucari kamu di mata angin di rumah waktu di atas batu sepi kuinjak-injak bumi kubuka tirai langit di mana kamu kujumpai tuhan kusapa malaikat curigai iblis, pengkhianat, penodong, mucikari di mana kucari cari kutanya semut sedang senggama kutanya hantu lagi tidak kerja karena korona kutanya satpam, polisi mereka sedang diperintah menjaga atau menjual negeri diintai sana sini belum ada ada bukti aku mencari-cari kamu dicari aku mencari. Agustus, 21

PAK TANI

Petani yang membajak sawah dengan kesah airmatanya  Tumpah diinjak penguasa. Petani berbaju keringat dikepung  harap berapa bulan ke depan dipaksa bayar hutang. O!, petani di ladang yang compang-camping injakkan kakimu ke perut bumi. Siram kegersangan negeri. Jangan biar rencana-rencana busuk menjual kekayaan bumi mengamuk seperti orang mabuk. O, petani yang mandiri makan sendiri hasil bumi, jangan dijual lagi. Penguasa akan lunglai lututnya. Biarkan mereka memakan daging sesama temanya lalu pengkhianat  Berkata; Kamu tidak becus mengoptimalisasi negeri!.  Mereka melucuti pakaian lalu lari. O!, petani yang dilanda lapar. Katakan pada anak cucumu besok ladang tumbuh rumah-rumah, minyak, emas dan batu  bara dijaga ladangnya, karena besok perusak akan datang  serupa uang dan rumah-rumah mewah. Menggoyahkan hati  nurani manusia Innalillah! Petani mengangkat cangkul, garu, parang simbol kemakmuran. Traktor mangkrak dimakan rayap. Petani tidur ma...