Jatuh ke lumpur masa lalu
Kenang di kening keluh candu
Pada bibirmu surat-surat cinta rayu
datang sebagai tamu lewat kalbu.
O! Apa-apaan waktu, dengan tiba
kenang yang menguning daun dan
selembar hati yang kering engkau
usik tanpa pamit dan serius padaku.
O! Apa-apaan cintaku, yang keras di
bawah batu, ia adalah jejak masa silam
yang telah tertikam, yang kini engkau
bangunkan.
O! Apa-apaan hidup, yang kini kembali
hidup setelah mati berulang kali, dan
lalu hidup lagi seperti harimau
kelaparan mengancam hatiku
yang kemarau.
Wajahku menjelma lumpur masa lalu
yang tua dan menakutkan, yang tiba
dari arah mataku ketakutan dan tujuh
ratus lima puluh pasukan bermata
merah kilat pedang.
Di lumpur itu sayatan luka lama, sengit
amarah berkobar ke ujung langit
Pada lumpur itu orang-orang mencuci
lumut dosa-dosa dan mengiris satu
persatu jari-jemari mereka
Di lumpur itu, aku dan bekas
kasihku bercumbu sambil
menyuapi mimpi satu persatu.
Aku jatuh kepadamu, bekas kasihku!
O! Apa-apaan rindu, engkau datang tiba
Daun-daun menguning dan hatiku
kiamat rasanya menjumpai lagi ia pada
kasur bunga dan lalu bermain mata.
Aku jatuh kembali padamu, O! Bekas
kasihku datang tiba lewat jendela
hatiku yang lapuk dan terluka.
O! Apa-apaan sayangku, engkau
datang tiba padaku yang haus di
perjalanan, yang tiba padaku saat
hujan badai dan gelombang menjadi
tempat pulang.
Wajahku lumpur yang dilahirkan
ketakutan, diasuh pemberontakan,
dan dihidupkan oleh percintaan.
O! Apa-apaan ini, O! Engkau bekas
Engkau!
2022
Komentar
Posting Komentar