Semenjak bumi dilahirkan luka dan cinta sudah ada mekar bersama-sama. Tumbuh bersama semenjak bumi lahir udara, angin dan cakrawala menyatu, bersatu dalam jiwa.
Semenjak itu pula kisah cinta dimulai tumbuh seperti bayi yang menyusu, menangis. Dengan menangis ia berbicara, meraba langit harapan meminta apa saja termasuk cinta, yang ia bawa dari rahim ibunya.
Lalu ia beranjak menjadi remaja. Cinta menjadi gadis cantik yang menawan dan manis. Tapi luka, luka lebih menarik, luka juga menjadi gadis yang cantik rupawan dan penuh intrik.
Aku mengenal cinta darimu kekasih
yang engkau tanam ke dalam hatimu yang gersang.
Engkau siram dengan kasih sayang saban waktu lalu cinta tumbuh di pekarangan rumah hatiku, tumbuh subur dalam ingatanku.
Ketika malam tiba di stasiun rembulan berlayar, di atas bangku kita duduk menimang cinta dan memberinya kecupan yang manis seperti kismis.
Aku mengenal cinta darimu kekasih
Engkau bawa harapan jika hidup tidaklah untuk mengeluh dan saling menyalahkan.
Engkau tertawa dan aku mencicipinya seakan dunia telah aku genggam sepenuhnya. Aku menikmati hidup yang bergelimang cinta.
Dari bibirmu marka jalan dunia aku pijaki, alismu yang panjang jelita menjadi pedoman dan senyummu yang manis adalah tempat pulang meneduh dari penat dunia.
Engkau bawa aku ke dalam dadamu yang lapang akan harapan, tempat satwa hidup dan manusia bekerja melanjutkan perjalanan. Aroma tubuhmu menjadi teman perjalanan, rambut panjang tergerai selalu aku ciumi, selalu aku ciumi kamu, Namun, adalah perjalanan selain cinta 'kukenali pula luka di sampingnya.
Seerat-eratnya hidup kita genggam hidup pastilah terus berjalan. Setiap detik, tik tik tik cinta juga akan kering dimakan musim, lalu luka menjelma meradang datang seperti tamu yang tak kita undang. Luka seperti baju-baju malam yang menakutkan dengan suara-suara di dalamnya angin menggaruk-garuk jendela, hujan yang panjang kakinya datang bersama dingin yang merobek-robek hatiku yang berlumur luka.
Luka yang aku kenal darimu, kekasih
Ketika cinta sudah lapuk kering dimakan musim, luka kamu masukkan dalam dadamu yang kering dan gersang kembali seperti awal musim. Luka itu sudah membuat dunia tidak berwarna, pelangi tidak tampak wajahnya, dan cinta sudah tidak ada di bibir-bibir kita. Kita sudah tidak lagi membicarakannya, Kekasih.
Dan kita sudah menjadi asing dari sepasang kekasih, sudah menjadi asing, asing dan asing. Semenjak cinta sudahi dan engkau bosan membicarakannya menjadi luka luka yang borok wajahnya.
Cakraningrat, 24 Desember 2021
Komentar
Posting Komentar