Langsung ke konten utama

MENJEMPUT CINTA ZARA KE YOGYAKARTA




**

Kamar yang berantak dari jemu bikin Zara bingung mau ngapain. Teman-temannya di luar sekadar kencan dan menghabiskan segelas kopi malam. Zara yang lahir dan tumbuh di kalangan  Pondok Pesantren sangat dekat sekali kepada kebiasan menghapal Al-quran. Sekarang dia sedang menempuh pendidikan Strata-1nya di Yogyakarta. Jelas keabisaan lama mulai dia sandingkan dengan kebiasan baru di kota Istimewa ini. Malam itu jam 9 malam, Rabu malam. Zara berpikir untuk mengulang kembali hapalannya, daripada gabut kan? Katanya. 

Di lain tempat Subajal, lelaki yang lumayan ganteng, tapi sok-sokan sekali kalau ngomong. Subajal dipanggil "Aal" ini sangat suka begadang dan berpikir panjang. Suatu hari Subajal ketemu dengan Zara di suatu lokasi perjamuan, yang akhirnya lelaki yang suka kopi hitam kental ini jatuh hati kepada Zara. Astaga! Kisah percintaan yang rumit saya tuliskan, sebab pergelokan antara keduanya sangat signifikan.

Lanjut saya tulis, Zara sebagai bentuk dhohir dari bidadari bumi, iya, rasanya agak berlebihan. Tapi sungguh saya gambarkan Zara dengan sebenarnya apa yang terlihat dari pantulan cahaya matanya, senyumnya dan lembut saat berbicara. 

***
Malam Rabu, Jam 09. 00, Waktu Kontrakan.

Nuun; walqalami wa maa yasturuun

Suara lembut Zara meneduhkan, mengilhami keindahan. Zara tunduk pada kebesaran kalam dan masuk ke tubuh Al-quran. Allah! Pandangan yang menakjubkan. 
Di sela-sela muroja'ah, handpone Zara datang notifikasi. Zara diamkan dan fokuskan kepada tujuan, muraja'ah tadi.  Konklusinya perempuan yang fokus dan istiqomah tidak gampang diajak makan bakso, apalagi gratisan broo!


****

Malam Rabu, Jam 09. 05, Waktu kostan.

Subajal lirih dengan keadaan, marah pada sinyal. Astaga! Sebegitunya lelaki jika chatannya ga dibalas. Lebih sakit lagi dibaca saja, ga dibales-bales. Subajal malam itu niat ngajak Zara keluar, sebenarnya niat pertama adalah mengutarakan perasaannya, tapi iya namanya lelaki masih suka basa-basi. Seperti pungguk merindukan bulan selaik kata-kata itu cocok disledingkan kepada Subajal. Subajal sangat menyukai Zara, sebab cantiknya, lemah lembutnya, tukar sapa yang aduhai dan banyak sekali perasaan Subajal yang dilabuhkan ke dalam lautan asmaranya.Tapi di sisi lain Zara tidak suka pacaran. Pacaran cikal-bakal rusaknya badan, batin dan segalanya. Syaitan mengajarkan manusia selalu terayu dengan kecantikan, keindahan dan kemaksiatan. Zara paham akan itu, tapi Subajal tetap teguh dan lantang menyuarakan cintanya. Perlu dicurigai sih!


*****

Akhir-akhir ini Subajal mulai berani menunjukan perasaanya. Status WAnya penuh kata kepada Zara, pujaan hatinya. Zara mulai risih dan takut bergelinding seperti bola salju, sehingga orang-orang akan tahu, yang jelas akan dimarahi orang tuanya. 

Bagi Zara pacara selain tidak diperbolehkan oleh keluarga dan syariat agama, Zara ingin fokus mengejar cita-cita. Zara gadis ingin melihat kedua orang tuanya tersenyum bangga melihat anaknya jadi orang sukses dan mengamalkan ilmunya. Lagi-lagi Subajal ingin menghancurkan temboknya. Subajal ingin mendekati Zara, ingin memantapkan cintanya kepada pujaan hatinya, Zara.


******

Hari Minggu, Jam 11. 06 di Yogyakarta

Subajal memberanikan diri mengungkapkan perasaan kepada Zara. Dan sangat berani sekali Subajal mengajaknya bertemu.

"Zara, kenapa? Apa karena aku ga ganteng,?" 
"Zara, percaya atau tidak, gila atau ga, pertama aku melihatmu degup jantungku terasa beda".
"Cukup Mas, Subajal. Kamu ganteng, dan aku yakin kamu orang baik. Tapi...."
"Aku tidak suka tapi, Zara"
"Aku mau fokus sekolah dulu, Mas. Dan rasanya tidak baik saya lama-lama di sini..."
"Kamu mau jadi pacarku, Zara?"
"Mas, tolong jangan bicara pacaran dengan saya," Zara berdiri. 
"Kalau Mas suka denganku, tolong jangan pacaran. Mintalah saya kepada siapa punya saya"

Zara beranjak dari kursi dan pergi. Subajal memanggil Zara yang hilang di ujung jalan. Subajal geram dengan keadaan, cintanya bertepuk sebelah tangan. 

*****

Senin malam, 19. 17 di Kostan.

Di depan kaca Subajal mundar-mandir mengisap cerutu kesukaannya. Pikirannya kalut dan nestapa menusuk uluh hatinya yang ngilu. Subajal introspeksi ada apa, dan mengapa Zara menolaknya. Pikiran Subajal melayang ke mana-mana. Duduk, berdiri, duduk lagi, Subajal sangat galau malam ini. Di malam itu Subajal terus berpikir dan mendam rindunya kepada pujaannya, Zara.

Subajal tidur dalam gelisah dan mendengkur pasrah. Tiba-tiba...

"Nak, insan yang baik akan bertemu dengan yang baik. Sungai yang kotor tidak akan membuat ikan-ikan leluasa berenang. Begitu pun cinta tak akan kamu menangkan bila hatimu tidak kamu bersihkan."

Bulir keringat Subajal berguguran. Subajal mimpi demikian, apa maksudnya? Subajal bertanya. 
Subajal beranjak ke depan kaca dan berbicara di sana. 

"Iya, kamu Subajal yang jahat. Kamu subajal yang tidak tahu diri. Zara itu tahfidz, dia itu baik tidak seperti kamu. Sungguh naif dirimu, Subajal. Kamu arogan, kamu Subajal yang egois, Subajal yang kasar, Subajal yang tidak tahu diri."

Bergegas Subajal mengambil handponenya lalu ngechat Zara.

"Dik, maaf selama ini agak berlebihan aku berprilaku padamu. Namun, ijinkan aku berkabar bahwa aku akan mondok dan menghapal Al-quran sepertimu. Tidak, tidak, Dik ini bukan biar aku disukai dan dicintaimu kelak hari. Jujur ini Lillahi Ta'alla. Wassalam Zara!"

Subajal lesu dan mengambil selembar tissue. Subajal ambil Wudlu lalu shalat sebelum lusa berangkat ke Pondok. Subajal merasa cintanya tumbuh bila tanpa paksaan dan penodaan. Jelas cinta Zara, Subajal tetap inginkan. Semoga bersama dengan jalan tuhan, Jal. 


*Cerita fiktif, selesai tulisan di Cakraningrat, Yogyakarta, 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTARA SEKSI DAN KEMUNAFIKAN

Jelas dan terang pertanyaan itu membeludak menepi pada jidat tanpa doa-doa, tanpa ada  arti apa-apa. Kursi penguasa peta uang negara, sesegukan  anak-anak TK memasari desa-desa. Masyarakat mencekik perut dengan dua puluh  satu jari-jari. Mata mereka berbicara, mulut mereka menganga. Sedang bohlam seukuran kolam menjelma bianglala menepuk-nepuk  di ruangan DPR, KPK, MPR,  Majelis-majelis dan politisi. Aparat negara begitu seksi bermain  adegan Korea. Ada yang melumuri dengan isian nusantara satunya, sibuk obral majinasi  dalam bungkus nasi. Ha ha ha Tontonan telanjang mereka mengamini ejakulasi didemonstrasi, malah pada merah, marah. "Wah.., saya itu banyak mengeluarkan dana, dana itu, dana ini. Ya sudahlah dimaklumi saja,  jika saya berkuasa aliran dananya masuk ke saya" Tolol! Makanya bapak-ibu aparat, kalau disuruh  sekolah itu jangan suka bolos uang mama masuk saku ujung-ujungnya beli plastik kupu-kupu. Beginilah yang terjadi j...

APA GUNA ISLAM

apa guna islam dalam hati bila mulut tajam melukai apa guna islam dalam hati bila kemaksiatan diamini apa guna islam dalam hati bila amanah ditukar korupsi apa guna islam sekalian bila diam dalam kemungkaran apa guna islam sekalian bila aurat dipertontonkan apa guna islam sekalian bila syariat dianggap ancaman apa guna islam sekalian bila tuhan pun diganti uang apa guna islam-islaman toh,  islam tetaplah islam yang kadang orangnya  gagal paham, lalu islam disalahkan toleransi mesti dipahamkan  bengkok kesalahpahaman mesti diluruskan islam bukan agama kawe bukan agama hape bukan pula agama katepe apa guna islam lisan bila dusta di belakang apa guna islam lisan bila budak setan apa guna islam lisan bila panjang tangan ap guna islam sekalian bila dirusak sendiri pelan-pelan yang kadang orangnya  gagal paham, lalu islamnya disalahkan yang kadang orangnya  seperti ikan di atas daratan memandang uang sebagai tuhan apa guna islam-islaman? Cakraningrat, 27/0...