Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

CINTAKU KEPADAMU

: Aisyah Puspita Hujan air mata tiadalah tanda cinta bagi hati yang berduka. Cintaku kepadamu adalah langit sebagai payung dan selimutku adalah bumi Cintaku kepadamu adalah seorang pengembala domba di musim salju Cintaku kepadamu adalah bayi yang lahir dari rahim ibu Cintaku kepadamu negeri di dalam tubuh Cintaku kepadamu adalah syair cinta di taman Kausar Ilalang terbang di atas pusara cinta, cinta naik raja di ubun pujangga.  Aku memetik sekuntum bunga antara gunung-gunung dan samudra.  Cintaku kepadamu adalah mumtaz Cintaku kepadamu adalah kamilah Cintaku kepadamu hidup di antara manusia Hujan petir bergumuruh, ia asing di telinga. Panasnya rindu, ia meledak dalam kalbu. 2020.

KEPADA PEMUDA!

Pemuda!  Lihat bagaimana nasib nyawa bergelimpangan di trotoar  kehidupan. Lihat bagaimana permainan dadu kekuasan  di tengah himpitnya ekonomi dan boroknya hutang. Pemuda!  Lihat mimpi diinjak atas dasar jalur cepat. Lihat harapan  dibakar atas dasar patahnya kaki pencarian. Lihat pula  akhlak tidak dipakai sebab lingkungan tidak lagi  mengenalnya.  Pemuda!  Lihat negerimu yang aut autan, tak berambut, memesan,  jelek, dan kudisan. Lihat negerimu yang kering, kudisan,  jelek, dan kutilang. Lihat para tuan-tuanmu telah menjual  negerimu sampai darah penghabisan.  Pemuda!  Lihat keadilan sudah muram dan usang. Lihat kemanusian  sebatas berlaku pada teman, tidak pada nyata kehidupan. Lihat kursi kekuasaan hanya jembatan uang berbantal, takut pada kesalahan, dan mengeram dalam kedzoliman. Pemuda!  Lihat betapa rakyat bersitegang dengan keadaan sekadar  menutup lapar dan menyiram kerongkongan kala p...

TUAN TANAH

Negerimu yang patah tulang punggungnya Hukum dan keadilan pincang kakinya Negerimu seperti lebah tak ada bunga Kemanusiaan tak berguna diledek  pamer kekayaan dan jabatan Jalur ekonomi macet dan korup  Negerimu tuan tanah yang dijarah haknya Bangsamu lendir yang pandir Hasil bumi tempat asing buang lendir Rakyat jadi sapi perah tak melawan pasrah Negerimu yang dilanda angin puting kemunafikan Negerikmu yang dilemahkan karena tingkah  bangsanya yang latah Negerimu yang sudah tinggal nama tiada artinya  bagi rakyat yang dirampas integritasnya, dirampok  hak bersuara, dijarah kebebasannya di negeri yang  demokrasi, katanya Negerimu wahai bumi yang padam Bumi yang terbakar, aut autan segala  kerusakan, kerusuhan merajalela  Pecah di perut negerimu yang dulunya  makmur dan sejahtera Kini negerimu berdarah dan berlumpur Sesak dadanya terhimpit kekuasan  bermodal congkak dan plinplan  Alamnya kaya raya asing yang punya Negerimu tua...

SITUS

Jatuh ke lumpur masa lalu Kenang di kening keluh candu Pada bibirmu surat-surat cinta rayu datang sebagai tamu lewat kalbu. O! Apa-apaan waktu, dengan tiba  kenang yang menguning daun dan  selembar hati yang kering engkau  usik tanpa pamit dan serius padaku. O! Apa-apaan cintaku, yang keras di  bawah batu, ia adalah jejak masa silam  yang telah tertikam, yang kini engkau  bangunkan. O! Apa-apaan hidup, yang kini kembali  hidup setelah mati berulang kali, dan  lalu hidup lagi seperti harimau kelaparan mengancam hatiku  yang kemarau. Wajahku menjelma lumpur masa lalu  yang tua dan menakutkan, yang tiba  dari arah mataku ketakutan dan tujuh  ratus lima puluh pasukan bermata  merah kilat pedang. Di lumpur itu sayatan luka lama, sengit   amarah berkobar ke ujung langit  Pada lumpur itu orang-orang mencuci  lumut dosa-dosa dan mengiris satu  persatu jari-jemari mereka Di lumpur itu, aku dan bekas...

SUMUR TUA

rakyat yang menimba sendiri nasibnya, mereka pula kekeringan air matanya. di sumur tua tertimbun segala derita  kisah nasib seorang Aktivis kemanusiaan  yang dihantam bebatuan keniscayaan. tidak ada sumur!  tidak ada kisah! apalagi doa-doa inikah bumi yang dipandang merdeka?  ini kah negeri yang tinggal tulang?  sudah dikata; tidak ada sumur!  tidak ada kisah! apalagi doa-doa di negeri sumur yang berbau orang-orang menghalalkan korupsi,  orang-orang membunuh ibunya sendiri. lihat betapa keruh air sumur tuakami air dari cemar kemarukan, bau anyir darah  kematian. setiap hari menjadi tontonan setiap hari sumur kami ditambah sampah darah, dan iba. rakyat menimba sendiri nasibnya, mereka pula kekeringan air matanya seorang berdasi kupu-kupu  menerobos ruang dan waktu.  Dia berkata; tidak ada sumur! tidak ada kisah apalagi doa-doa dari balik gelap kisah jidatku  mengerutkan tanya  siapa dia?  siapa yang menghadang k...

AKU MENCARIMU

aku mencarimu di balik rerumputan bintang-bintang membongkar reruntuhan langit membajak gunung mencari terus mencari sampai aku menguras lautan kucabuti hutan kucari kamu di mata angin di rumah waktu di atas batu sepi kuinjak-injak bumi kubuka tirai langit di mana kamu kujumpai tuhan kusapa malaikat curigai iblis, pengkhianat, penodong, mucikari di mana kucari cari kutanya semut sedang senggama kutanya hantu lagi tidak kerja karena korona kutanya satpam, polisi mereka sedang diperintah menjaga atau menjual negeri diintai sana sini belum ada ada bukti aku mencari-cari kamu dicari aku mencari. Agustus, 21

PAK TANI

Petani yang membajak sawah dengan kesah airmatanya  Tumpah diinjak penguasa. Petani berbaju keringat dikepung  harap berapa bulan ke depan dipaksa bayar hutang. O!, petani di ladang yang compang-camping injakkan kakimu ke perut bumi. Siram kegersangan negeri. Jangan biar rencana-rencana busuk menjual kekayaan bumi mengamuk seperti orang mabuk. O, petani yang mandiri makan sendiri hasil bumi, jangan dijual lagi. Penguasa akan lunglai lututnya. Biarkan mereka memakan daging sesama temanya lalu pengkhianat  Berkata; Kamu tidak becus mengoptimalisasi negeri!.  Mereka melucuti pakaian lalu lari. O!, petani yang dilanda lapar. Katakan pada anak cucumu besok ladang tumbuh rumah-rumah, minyak, emas dan batu  bara dijaga ladangnya, karena besok perusak akan datang  serupa uang dan rumah-rumah mewah. Menggoyahkan hati  nurani manusia Innalillah! Petani mengangkat cangkul, garu, parang simbol kemakmuran. Traktor mangkrak dimakan rayap. Petani tidur ma...

REMBULAN PINGGIR JALAN

Di bawah rembulan yang bisu  Anak-anak kecil menyusun mimpi  di balik tumpukan kardus-kardus Perempuan bunting waspada ada penculik  mengintai tanahnya yang dikata milik negara Dengan gontai dan bersiul penyair berlayar  di tubuh rembulan yang bisu dengan isyarat tubuh Ye engkau malam yang menanggalkan pakaian  Lihat betapa compang-campingnya hatiku  memandang pendidikan dijual menjadi alat-alat pubrik jagal Cita-cita mangkrak di pasar loak muak, muak dan muak menimpa wajahku yang kusam kusam dari debu polusi  kusam dari caci maki kusam, dicakar delusi  negeriku kenapa jadi begini? Ye engkau malam yang dipanggil-panggil lolongan serigala   Lihat bagaimana nasib orang miskin yang dipelihara oleh ketakutan Lihat bagaimana kelaparan mengitari rumah-rumah pikiran yang kalut, yang roboh bersama jendela harapan Di bawah rembulan yang diam ini 'kulangitkan sumpah Ye engkau malam yang diam ini  suara-suara mesin mengunduli hutan...

MENIKAH

Menikah seperti menata batubata  di atas gelombang samudra.  Seperti tidur di atas angin  berbantal cahaya. 2022

MALAM TAK BERGINCU

Di atas sungai mati, rembulan bunuh diri Angin tidur pulas di haribaan pohon jati. Bungcarba, 2022

ANTARA SEKSI DAN KEMUNAFIKAN

Jelas dan terang pertanyaan itu membeludak menepi pada jidat tanpa doa-doa, tanpa ada  arti apa-apa. Kursi penguasa peta uang negara, sesegukan  anak-anak TK memasari desa-desa. Masyarakat mencekik perut dengan dua puluh  satu jari-jari. Mata mereka berbicara, mulut mereka menganga. Sedang bohlam seukuran kolam menjelma bianglala menepuk-nepuk  di ruangan DPR, KPK, MPR,  Majelis-majelis dan politisi. Aparat negara begitu seksi bermain  adegan Korea. Ada yang melumuri dengan isian nusantara satunya, sibuk obral majinasi  dalam bungkus nasi. Ha ha ha Tontonan telanjang mereka mengamini ejakulasi didemonstrasi, malah pada merah, marah. "Wah.., saya itu banyak mengeluarkan dana, dana itu, dana ini. Ya sudahlah dimaklumi saja,  jika saya berkuasa aliran dananya masuk ke saya" Tolol! Makanya bapak-ibu aparat, kalau disuruh  sekolah itu jangan suka bolos uang mama masuk saku ujung-ujungnya beli plastik kupu-kupu. Beginilah yang terjadi j...

FATWA SASETAN

Pemberontak lahir dari kawin silang kekecewaan dan perbudakan. Kemiskinan adalah kemakmuran  yang diperjualbelikan. Teori-teori ekonomi menjadi mimpi  di atas kasur oligarki. Kemakmuran dan kemegahan dijual  onlinan, dijual rentengan, dan juga  sasetan. Orang-orang berebut jabatan yang  akhirnya ditimpa tangga perbudakan. Orang-orang sibuk manis foto  necis pamflet, banner kepentingan menjual janji, menggadai mimpi. Orang-orang asyik poles  wajah harta dan jabatan.  Menjual harga diri, menggadai hati. Orang-orang berisik mendekte warna  kehidupan diri. Lupa diri penyakit hati. 2022

BUKIT BINTANG

Angin meluk daun di bukit bintang Manis bibir langit sebatang pisang Di dekat rumpun berselimut cahaya  Jangkrik bersenggama. 2022

KALA HUJAN

bulan mati jatuh ke bumi rumput terkapar dihentak angin hujan datang membawa sepi  yang malam pun dibawa pagi puisiku di kamar teman galau air hujan jatuh di luar  malam nyanyian irama igau kangen memakai beludru  berwajah samar-samar  menepis dingin diserta pelukan jarak jauh dalam ingatan. (2022)

LUKA DAN PURA

hidup adalah luka dan pura-pura hidup adalah tangan maut menyerang siapa saja hidup adalah mata berdarah merah seumpama dendam merenggut jiwa hidup adalah pahit menelan pil kegagalan dan bangun sendiri terkatung-katung di padang perjuangan hidup adalah langit jauh dipandang dekat di angan  hidup adalah kekasih tanpa cinta dan tidak butuh apa-apa hidup adalah jalan terjal, rumah kumuh dalam hati dan pikiran, yang datang bersama mimpi lalu diperkosa waktu  hidup bukan sekedar berbicara kepada sesama  tentang hidup yang meranggas, yang panas dan gersang, atau basabasi yang membosankan hidup bukan tentang mengatur dan diatur, atau apa dan siapa hidup menjelma luka dan pura-pura, yang berlumut dalam jiwa.  2021

NGISAP

ngisap puting kehidupan di bawah rembulan  udara segar dari anggur yang terbakar hati tergadai luka yang memar hewan menanti subuh di atas ubun  reranting tinggal tulang jatuh daun botol bekas mabuk ambruk dalam dada ceruk kehidupan kembali nyata; kala cinta mabuk kesunyian menjadi nyanyian kerinduan menjadi anggur yang mengasyikkan. 2022

BERKEMAH

Berkemah di dadamu yang hangat  menikmati manis bintang di matamu  yang bersemangat. Bibirmu api unggun  tempat membakar reranting kering. Di wajahmu aku membaca arah mata angin, langit menabur warna jatuh di tempat lilin.  Berkemah dalam dadamu yang hangat dan  bersemangat, berteman angin tanganmu  tertanam pundakku yang licin. Habiskan libur kerja dengan  menanam benih-benih ciuman  pada kening percintaan. Habiskan  berkemah di dadamu yang hangat  dan menenangkan. 2022

PULANG KAMPUNG

Berbekal rindu aku pulang kampung  di jalanan rindu sebagai teman peluk  bersandingan dalam bus sesak  tumpangan. Berbekal rindu aku pulang  Kamu muncul dari pikiran Rindu kutimang-timang agar tak jatuh  dari pangkuan kursi bus goyang-goyang.  Dik, dari jendela bus angin bertabrakan  wajah debu jalanan delapan jam.  Gesekan ban ke muka jalan menjadi  teman nyanyian, dan aku menulis  wajahmu ke dalam kertas ingatan  sewaktu perjalanan bus miring kiri  kanan. Berbekal rindu aku pulang kampung  Padamu, Dik, rindu kutabung. Apabila  bus sampai tujuan jangan salahkan  rindu berciuman diam-diam kepada  haru dan tangisan. Dik, padamu aku pulang mengenal lagi  kehangatan lama, menjumpai lagi  percintaan yang nyata. 2022

DI BUMI YANG TANGGUH

Di bumi yang tangguh anak kecil  mewarnai wajah langit dengan warna  mimpi. Di bumi yang tangguh petani  macul bumi dengan gigih, peluh harum  kasturi. Di bumi yang tangguh, di bumi  yang tangguh lahir berjuta mimpi  merayap di langit menjadi awan indah  sekali. Di bumi yang tangguh jagung- jagung berdiri berkabar kepada para  petani. Bumi yang tangguh merdeka  dari korupsi penguasa gila jabatan dan  segepok uang.  Bagi petani di bumi yang tangguh hujan  adalah karunia dan panas adalah  nikmat segala. Di bumi yang tangguh  pundak orang-orang desa lebih kuat  dari bangunan cor dan besi impor. Di bumi yang tangguh orang-orang  desa tidur di atas kasur doa-doa, tidak  pula pamrih sogokan dan gaji buta. Di bumi yang tangguh, di bumi yang  tangguh, tangguhlah segalanya. Makan dari ceruk duka, luka. Dan  sayatan ekonomi bagi mereka adalah  takdir yang mesti mereka cicipi bersama. Tu...